Kamis, 10 Oktober 2013

ARTIKEL : KOMPLIKASI DAN PENYAKIT DALAM MASA NIFAS DAN PENANGANANNYA

KOMPLIKASI DAN PENYAKIT DALAM MASA NIFAS
DAN PENANGANANNYA
1.    BENDUNGAN ASI
a.Definisi
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu (Mochtar, 1996).
Menurut Huliana (2003) payudara bengkak terjadi karena hambatan aliran darah vena atau saluran kelenjar getah bening akibat ASI terkumpul dalam payudara. Kejadian ini timbul karena produksi yang berlebihan, sementara kebutuhan bayi pada hari pertama lahir masih sedikit. Selama 24 hingga 8 jam pertama setelah terlihatnya sekresi lakteal,payudara sering mengaqlami distensi menjadi keras dan berbenjol-benjol.Keadaan ini yang disebut dengan bendungan air susu atau “caked breast”,sering menyebabkan rasa nyeri yang cukup hebat dan bisa disertai dengan kenaikan suhu. Kelainan tersebut menggambarkan aliran darah vena normal yang berlebihan dan penggembungan limfatik dalam payudara,yang merupakan prekusor reguler untuk terjadinya laktasi.
Demam nifas akibat destensi payudara sering terjadi.Roser (1966) mengamati bahwa 18% wanita normal akan mengalami demam post partum akibat bendungan air susu. Lamanya panas berkisar dari 4 hingga 16 jam dan suhu tubuh berkisar antara 38-39C.Ditegaskan bahwa penyebab panas yang lain,khususnya panas yang disebabkan oleh infeksi harus disingkirkan lebih dahulu.
b. Patofisiologi
a)      Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa panas, berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak kemerahan.
b)      ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri, puting susu teregang menjadi rata.
c)      ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24 jam (Mochtar, 1998).
c. Penatalaksanaan
Upaya pencegahan untuk bendungan ASI adalah :
a)      Menyusui dini, susui bayi sesegera mungkin (setelah 30 menit) setelah dilahirkan
b)      Susui bayi tanpa jadwal atau ondemand
c)      Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi melebihi kebutuhan bayi
d)     Perawatan payudara pasca persalinan
e)      Menyangga payudara dengan BH yang menyokong.
Upaya pengobatan untuk bendungan ASI adalah :
a)      Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek
b)      Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap dan dihisap oleh bayi.
c)      Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI
d)     Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin
e)      Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah bening lakukan pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari puting kearah korpus(Sastrawinata, 2004)
f)       Pemberian analgetik atau kodein 60 mg per oral.
2. INFEKSI PAYUDARA
a. Definisi
Infeksi Payudara (Mastitis) adalah suatu infeksi pada jaringan payudara.  Pada infeksi yang berat atau tidak diobati, bisa terbentuk abses payudara (penimbunan nanah di dalam payudara).
 Mastitis ini dapat terjadi kapan saja sepanjang periode menyusui, tapi paling sering terjadi antara hari ke-10 dan hari ke-28 setelah kelahiran Penyebab infeksi payudara umumnya disebabkan karena bakteri Stafilokokkus aureus yang secara normal ditemukan di permukaan kulit. Bakteri ini masuk ke dalam tubuh karena adanya luka lecet, terutama pada puting payudara. Infeksi payudara paling sering ditemukan pada ibu yang sedang menyusui namun tidak menutup kemungkinan wanita yang tidak menyusui pun dapat terkena infeksi payudara. Infeksi payudara pada wanita yang tidak menyusui berasal dari bakteri TBC, bakteri sifilis dan bakteri lainnya yang tidak diketahui. Infeksi payudara terjadi pada jaringan lemak payudara sehingga menyebabkan pembangkakan. Selain itu pembengkakan akan menekan saluran susu sehingga menyebabkan nyeri dan penyumbatan pada infeksi payudara.Dalam masa nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan pada mammae terutama pada primipara. 
b.patofisiologi
gejala mastitis non-infeksius:
a)      Ibu memperhatiakan adanya bercak panas atau nyeri area tekan yang akut.
b)      Ibu dapat merasakan bercak kecil yang keras didaerah nyeri tekan tersebut.
c)      Ibu tidak mengalami demam dan merasa baik-baik saja.
Gejala mastitis infeksisus
a)      Ibu mengeluh lemah dan sakit-sakit pada otot seperti flu
b)      Ibu dapat mengeluh sakit kepala
c)      Ibu demam dengan suhu diatas 34C
d)     Terdapat area luka yang terbatas atau lebih luas pada payudara
e)      Kulit pada payudara dapat tampak kemerahan atau bercahaya
f)       Kedua payudara mungkin terasa keras dan tegang(pembengkakan)
 Berdasarkan tempatnya infeksi dibedakan menjadi :
1.      Mastitis yang menyebabkan abses dibawah areola mamae.
2.       Mastitis ditengah-tengah mammae yang menyebabkan abses ditempat itu.
3.      Mastitis pada jaringan dibawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang menyebabkan abses antara mammae dan otot-otot dibawahnya.
c.Pencegahan
Perawatan putting susu pada laktasi merupakan usaha penting untuk mencegah mastitis. Perawatan terdiri atas membersihkan putting susu dengan minyak baby oil sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang sudah mengering. Selain itu juga memberi pertolongan kepada ibu menyusui bayinya harus bebas infeksi dengan stafilococus. Bila ada luka atau retak pada putting sebaiknya bayi jangan menyusu pada mammae yang bersangkutan, dan air susu dapat dikeluarkan dengan pijitan.
d.Pengobatan
Segera setelah mastitis ditemukan pemberian susu pada bayi dihentikan dan diberikan pengobatan sebagai berikut :
1.      Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari.
2.      Sangga payudara
3.      Kompres dingin
4.      Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
5.      Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
Bila ada abses, nanah perlu dikeluarkan dengan sayatan sedikit mungkin pada abses, dan nanah dikeluarkan sesudah itu dipasang pipa ketengah abses, agar nanah bisa keluar. Untuk mencegah kerusakan pada duktus laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan jalannya duktus-duktus. Atau jika terdapat masa padat, mengeras dibawah kulit yang kemerahan :
1.      Berikan antibiotik kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 10 hari atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari
Drain abses :
1.      Anestesi umum dianjurkan
2.       Lakukan insisi radial dari batas puting ke lateral untuk menghindari cidera atau duktus
3.      Gunakan sarung tangan steril
4.      Tampon longgar dengan kasa
5.       Lepaskan tampon 24 jam ganti dengan tampon kecil
6.      Jika masih banyak pus tetap berikan tampon dalam lubang dan buka tepinya
7.      Yakinkan ibu tetap menggunakan kutang
8.      Berikan paracetamol 500 mg bila perlu
9.      Evaluasi 3 hari
Perawatan Payudara pada Masa Nifas Menurut Depkes, RI (1993)
Dengan tangan yang sudah dilicinkan dengan minyak lakukan pengurutan 3 macam cara :
a.       Tempatkan kedua telapak tangan diantara ke 2 payudara kemudian urut keatas, terus kesamping, kebawah dan melintang hingga tangan menyangga payudara, kemudian lepaskan tangan dari payudara.
b.      Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan saling dirapatkan, kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara dari pangkal ke arah puting, demikian pula payudara kanan.
c.       Telapak tangan menopang payudara pada cara ke – 2 kemudian jari tangan kanan dikepalkan kemudian buku-buku jari tangan kanan mengurut dari pangkal ke arah puting.
BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
1.      Demam nifas akibat destensi payudara sering terjadi.Roser (1966) mengamati bahwa 18% wanita normal akan mengalami demam post partum akibat bendungan air susu. Ditegaskan bahwa penyebab panas yang lain,khususnya panas yang disebabkan oleh infeksi harus disingkirkan lebih dahulu.
2.      Dalam masa nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan pada mammae terutama pada primipara. 
3.      Terdapat anda dan gejala dari infeksi nifas,apabila cepat diberi penanganan  yang cepat dan tepat maka kemungkinan terjadinya komplikasi dapat diiperkecil.
B.SARAN
1.      diharapkan kepada pemerintah agar lebih meningkatakan mutu pelayanan kesehatan,termasuk peningkatan pengetahuan pada ibu dalam masa nifas
2.      kepada instansi kesehatan khususnya dalam bidang penyuluhan kesehatan hendaknya dapat tururn langsung memeberikan penyuluhan tentang tanda bahaya dalam masa nifas.
3.      kepada petugas kesehatan yang terkait masalah kesehatan nifas agar lebih meningkatkan peran serta dalam pencegahan,penyuluhan dan pengobatan dimasa nifas,agar mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi dimasa nifas
4.      dan kepada segenap masyarakat agar ikut berpartisispasi dalam upaya pemerintah dalam mengurangi angka kesakitan, khususnya pada masa nifas.
DAFTAR PUSTAKA
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 55-56).
Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, Jakarta : EGC.
 Prawirohardjo, Sarwono, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
 Prawirohardjo, Sarwono, 2005, Acuan Nasional Pelayanan Maternal dan Neonatal, Jakarta yayasan Bina Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar